Disini saya kongsikan satu pertanyaan yang dijawab oleh team Katolisitas.org mengenai perbezaan orang miskin dan cacat.Harap penerangan Katolisitas.org dapat mencerahkan fikiran kita semua;
MENGAPA TUHAN MENCIPTAKAN PERBEDAAN, ORANG CACAT DAN MISKIN?
1. Mengapa Tuhan membeda2kan nasib dan tallenta seseorang, bukankah itu tidak adil. jika bisa memilih pasti kita semua ingin disamakan dalam semua hal.
2. Jika Tuhan penuh cinta kasih kepada umatnya mengapa Ia menciptakan orang cacat. Bila seseorang sudah diciptakan buta dan tuli maka dia tidak akan bisa mengenal Tuhan dan ajaran Nya, jadi bagaimana ia dapat diselamatkan?
3. Ada banyak bayi yang hanya berusia beberapa hari atau bahkan langsung meninggal sejak dilahirkan. Apakah ini termasuk karya dari Tuhan? Sungguh saya merasa ketidak adilan dari tuhan dalam hal ini. bukankah sebagai anak yang baru lahir mereka tidak berdosa ” merekalah empunya kerajaan Allah”.
4. Ada banyak orang mengatakan kalau hal2 diatas adalah akibat perbuatan orangtua dan anaklah yang harus menanggungnya. Hal ini justru semakin membuat hati saya bergejolak, mengapa seorang anak yang tidak berdosa bisa menanggung perbuatan orang tua mereka.
Memang tidaklah mudah untuk mengerti dan menyelami penderitaan dan ketidakadilan di dunia ini. Namun, kita tahus melihat bahwa Tuhan tidak menginginkan ketidakadilan dan penderitaan di dunia ini. Namun, tidak ada sesuatupun yang terjadi di dunia ini tanpa seizin Allah. Dan kalau Allah mengizinkan, maka itu karena Allah tahu bagaimana mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik dan indah. Dan perubahan ini dapat terjadi di dunia ini dan kalaupun tidak terjadi di dunia ini, maka pasti akan terjadi di dalam Pengadilan Terakhir – di mana Allah akan menyatakan keadilan dengan seadil-adilnya dan hak-hak orang yang menderita akan dipulihkan dan yang jahat akan dihukum. Jadi kunci untuk mengerti penderitaan dan ketidakadilan di dunia ini adalah melihatnya secara totalitas, baik kehidupan di dunia ini maupun di kehidupan mendatang. Kita mungkin tidak dapat mengerti sepenuhnya, namun kita dapat terus menaruh pengharapan akan keadilan Tuhan. Mari kita melihat beberapa pertanyaan yang Anda ajukan:
1. Nasib dan talenta: Akan tidak adil kalau Tuhan memberikan talenta yang berbeda namun menuntut hasil yang sama. Dalam perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14-30), Tuhan sendiri tidak menuntut bahwa orang yang mempunyai talenta yang berbeda-beda harus menghasilkan yang sama secara absolut. Yang diberikan 2 talenta dan menghasilkan tambahan 2 dianggap baik seperti orang yang mempunyai 5 talenta dan menghasilkan tambahan 5 talenta. Yesus juga menegaskan demikian “Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Luk 12:48) Inilah bentuk keadilan Tuhan. Pemberian talenta yang berbeda-beda macam dan jumlahnya juga menyadarkan manusia bahwa kita dituntut untuk saling melengkapi dan membantu satu sama lain.
2. Orang cacat: Kita harus kembali kepada prinsip awal, bahwa Tuhan membiarkan hal ini terjadi untuk mendatangkan kebaikan yang lebih tinggi. Ketika ada orang buta sejak lahir, maka murid-murid-Nya bertanya kepada Yesus, kesalahan siapa sehingga hal ini bisa terjadi? Yesus kemudian menjawab “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yoh 9:3). Dengan demikian, walaupun sulit untuk mengerti keadilan Tuhan untuk orang-orang yang terlahir cacat, namun dalam iman kita dapat melihat bahwa bahwa Tuhan akan dapat menggunakan keadaan yang terlihat tidak baik ini untuk dapat mendatangkan kebaikan. Hal ini bisa terjadi, kalau mereka dapat memikul beban ini bersama dengan Yesus, sehingga mendapatkan kekuatan untuk menghadapi kondisi yang sulit ini. Terutama kalau mereka juga dapat melihat bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan dengan demikian mereka dapat memikirkan hal-hal yang di atas. Tentu saja, diperlukan bimbingan dari orang tua maupun orang-orang yang dekat dengan orang-orang yang malang ini, sehingga orang-orang dilahirkan cacat tubuh tetap dapat menghadapi hidup ini secara lebih positif terutama dengan tetap menaruh pengharapan di dalam Tuhan.
3. Bayi yang lahir dan meninggal: Jangan semua hal yang jelek dilimpahkan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Bahwa Tuhan membiarkan itu terjadi bukan berarti Tuhan yang menyebabkan itu terjadi. Dapat saja bayi tersebut lahir dan karena kelalaian dokter atau suster atau orang tua atau siapa saja, sehingga terjadi kematian bayi tersebut. Namun, dalam kacamata iman, maka yang terpenting adalah keselamatan jiwa dari bayi tersebut. Bayi-bayi tersebut belum mengenal dosa pribadi, sehingga kita dapat menaruh pengharapan yang besar akan belas kasih Allah terhadap bayi-bayi yang malang ini.
4. Siapa yang menanggung? Kita harus membedakan antara dosa dan konsekuensi dosa. Kalau orang tua berdosa, maka orang tua harus menanggung dosanya sendiri. Namun, konsekuensi dosa dapat saja ditanggung oleh orang-orang sekitarnya, karena dosa mempunyai dimensi sosial. Sebagai contoh: walaupun seorang ayah yang mencuri, namun istri dan anak-anaknya akan turut menanggung kerugian finansial dan juga menanggung malu.
Semoga uraian singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
stef – katolisitas.org